Sifat/Sikap
Malas
Sifat malas adalah tikarnya iblis. Bila kita membiarkan
sifat malas ini dgn tidak berusaha memeranginya, maka tikar itu akan semakin
lebar, sehingga semakin nyaman iblis bersemayam di atasnya. Kita akan menjadi
semakin sulit keluar dari sikap malas itu dan hancurlah kita setinggi apapun
ilmu kita, karena akan berakhir tanpa diamalkan.
Seringkali kita telah paham tentang ajaran agama, kita
sudah paham betul manfaatnya bagi kita, namun seringkali sikap malas melingkupi
kita. Kita cenderung menunda waktu, kita cenderung menuruti rasa kantuk,
menunda-nunda pekerjaan, padahal kita sudah tahu bahwa seringkali kesempatan
tidak datang dua kali, kita sudah paham makna surat Al-Ashr, seringkali kita
terjebak pada “hanya ngomong tanpa berbuat”.
Bila kita mengingat sang Pembawa Risalah, Muhammad SAW;
begitu sempurnanya akhlaq beliau. Tidak ada waktu yang tersia-siakan; sehingga
dalam waktu hanya 23 tahun, beliau mampu membalik keadaan masyarakat. Sungguh
besar manfaat keberadaan beliau di tengah-tengah masyarakat. Beliau adalah
seorang pemberani, seorang panglima perang teladan, beliau adalah seorang
pedagang teladan, beliau adalah seorang guru teladan, beliau adalah seorang
suami teladan, beliau adalah seorang Ayah teladan, beliau adalah sorang anak
teladan, beliau adalah seorang imam sholat teladan, beliau adalah tetangga
teladan, beliau adalah teman/sahabat teladan, beliau adalah seorang kepala
negara teladan.
Semua itu menggambarkan bahwa tiada sifat malas sedikit
pun, sehingga layaklah beliau menjadi “uswatun hasanah” bagi seluruh manusia
setelahnya. Beliau adalah gambaran Khalifah di muka bumi yang sempurna,
sehingga beliau menjadi rahmat bagi seluruh alam. Beliau adalah Al-Qur’an
berjalan.
Barang siapa diantara kita ingin sukses hidup di dunia
sampai akhirat, maka berusaha meneladani beliau adalah merupakan satu-satunya
pilihan. Berusaha meneladani akhlaq beliau berarti menghidupkan nur-risalah
beliau. Apabila kita berhasil memancarkan nur-Muhammad dalam kehidupan kita,
maka seluruh alam akan melayani kita. Karena memang untuk itulah semua ini
diciptakan.
Semoga kita mampu mempersempit “tikar iblis” itu dengan
cara memerangi sikap malas kita, agar kita bisa meraih kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Amiin.
Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad, wa ‘alaa
alihi wa shahbihi ajma’iin.
0 komentar:
Posting Komentar